leaf

Senin, 12 Mei 2014

Mengubur Mimpi


 
“Alhamdulillah Ujian Nasional selesai” aku tersenyum puas.
Mata ini mulai berani menatap matahari kembali dengan sunggingan senyum kepuasan. Aku merasa belajarku tidak sia-sia karena soal-soal ujian nasional dapat diselesaikan tanpa harus menggadaikan keimanan seperti mayoritas teman-teman. Sekarang tugasku hanya menunggu pengumuman kelulusan.

Rakhmawati Namaku. Wati adalah nama panggilanku. Nama yang cukup singkat namun memiliki makna yang begitu mendalam. Aku adalah anak yatim piatu. Sejak berumur 8 bulan aku dibesarkan oleh eyang yang begitu menyayangiku. Setelah kepergian orang tuaku karena kecelakaan. Aku tak pernah melihat orang tua kandungku hanya foto yang aku dapatkan. Sedih bukan?  

Kadang Perasaan iri muncul  ketika penerimaan raport. Bagaimana tidak, melihat teman-teman begitu senangnya menebar senyum saat orang tua mereka datang kesekolah. Namun itu tak akan pernah menyurutkan mimpiku untuk menuju sukses. Apalagi pesimis. Yah aku merupakan siswi kelas XII di SMA ternama di daerah tempat tinggalku,SMA N 1 DARMA. Ada semangat optimis akan lulus UN juga beasiswa Harvard University yang sudah aku ikuti tesnya bersama beberapa teman lain. Yah aku begitu menyukai dunia kesehatan sehingga aku sangat berambisi untuk menjadi dokter.

Aku dikenal sebagai siswi teladan dengan segudang prestasi. Kecantikanku yang natural tanpa polesan kerap mendatangkan pujian tak diundang. Aku dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Yah kakeku yang aku panggil eyang kakung dulunya adalah seseorang yang masa mudanya dihabiskan untuk menjadi seorang santri di Gontor Jawa Timur. Namun entah kenapa Allah belum memberikanku hidayah untuk mengikuti jejak eyang kakung.  Hanya satu yang selalu terbayang di mimpi adalah menjadi seorang dokter lulusan Universitas Tingkat dunia, Bagaimana lagi kalau bukan Harvard University. Akupun tak memiliki alasan pasti kenapa kampus luar negeri menjadi pilihan pertama ku. yang jelas tekadku sangat kuat menjadi seorang dokter yang nantinya dapat mengabdi pada masyarakat sekitar.


###
Sang malam telah pergi dan pagipun menjemputku dengan sangat indah. Titik-titik embun membasahi daun-daun diluar jendela. Aku masih berada dikamar tepatnya didepan cermin. Kutatap wajahku berkali-kali dicermin , bayangan itu tersenyum manis. Anggun sekali. Gaun coklat muda yang biasa orang menyebutnya kebaya melipat rapi ditubuhku, tak ketinggalan dengan beberapa hiasan sederhana memperindah kepalaku yang terlindungi oleh jilbab putih dengan sedikit corak batik. Hari ini aku akan wisuda SMA bertepatan dengan pengumuman beasiswa. Mudah-mudahan Engkau mewujudkan mimpiku Ya Allah.. aamiin.

Kursi wisudawan dan para wali murid telah penuh. Aku duduk paling depan bersama sukma teman seperjuanganku meraih mimpi dinegeri paman sam. Sambutan Kepala Sekolah pun berlangsung... ucapan puji syukur kami panjatkan serempak setelah mengetahui bahwa SMA favorit ini lulus UN 100%. Akupun mengucapkan hamdallah dan tersenyum pada nenek yang terlihat dari jauh. Namun senyum yang tadinya mengembang tiba-tiba mengkerut dikalahkan oleh energi detak jantung yang semakin kencang tatkala telinga ini mendengar Kepala Sekolah mengumumkan beberapa siswa yang mendapatkan beasiswa keluar negeri. Yahh,, aku hampir tak percaya namaku disebutkan pertama kali “RACHMAWATI kelas XII IPA 1 dengan Nomor induk 10444 mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan sarjana Fakultas Kedokteran Harvard University” aku masih terdiam. Jantungku semakin kencang berdetak. Buku-buku jari tangan seolah tak dapat aku kendalikan. Pipi ini panas layaknya didepan api unggun dengan ketinggian 60 meter. Aku mulai mengatur nafas. Senang sekaligus tidak percaya. Sukma memeluku. Air mataku menetes dipipi menghapus make up tipis yang sempat ku oles tadi pagi. Mata yang dipenuhi tangis bahagia ini mencari-cari sosok nenek namun tak aku temukan. Kakekpun juga tak ada. Teman-teman disekitarku mengucapkan selamat atas kesuksesanku. Aku dipersilahkan menuju panggung.  Ternyata Presiden Obama ada disana. beliau memberikan penghargaan spesial. Yahh sebuah perunggu perak berlapis emas. Subhanallah aku begitu bahagia sekali. Melihat banyak mata semua tertuju padaku. Aku begitu salting dan nervous dengan beberapa kamera dan stasiun televisi swasta yang sangat antusias mengambil gerak geriku disini.

Aku bangga, lengkap sekali kedua tangan ini memegang penghargaan. Kini tiba saatnya aku memberikan sambutan atas kesuksesanku untuk kakek dan neneku tercinta meski mata ini tak kudapati melihat mereka yang entah kemana. Berkali-kali ku tarik nafas dalam-dalam untuk menyeimbangkan rasa grogi dan senang. bukan main. Ku mulai merangkai kata seindah mungkin tepuk tangan sangat riuh renyah begitu cetar membahana atas apa yang aku sampaikan. namun seketika itu tepuk tangan hening begitu saja digantikan oleh bunyi sangat keras menggema ditelangaku. Mengagetkan sekali.
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggggg......................

Suara alarm hp ku berbunyi sangat keras, sehingga membuat aku terbangun dari tidurku dengan sejuta mimpi indah yang menghiasi.
“Ya ampun, ternyata cuma mimpi” sesalku sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak terasa gatal.
“hmm coba kalau beneran” khayalku dengan mataku yang masih mengantuk
“ah dari pada aku memikirkan yang tidak pasti lebih baik aku mandi” ujarku pada diri sendiri.

##
teeeeeeeeetttttttttttttttt...
Suara bel sekolah membuat para siswa-siswi bersorak ria mendengar bunyi singkat pertanda bahwa aktifitas kegiatan belajar mengajar telah usai.
Nampak adik-adik kelas  mengemasi peralatan tulis seperti pensil penghapus beserta buku-buku yang mungkin tadi sempat mereka pelajari. Aku hanya melihat dari perpustakaan karena hari ini aku berniat untuk meminjam buku TOEFL untuk memperdalam bahasa inggrisku.

 “wati wati...” dengan nafas tergopoh-gopoh seseorang yang sangat aku kenal  mendekatiku.
“sukma? .... ada apa kok kaya orang kesurupan begitu..
 “selamat wati.. selamat...kamu salah satu siswi yang mendapatkan beasiswa keluar negeri ” “haaaah.. serius. Becanda kamu. Bukannya pengumumannya nanti malam, itupun secara online”
“Tadi Bu Arum menjelaskan kalo pengumumannya dipercepat waktunya, kalo nggak percaya ikut aku sekarang”

sukma langsung meraih tangan kecilku dan berlari menuju pengumuman di mading sekolah.
Jantungku berdebar tak percaya dengan perkataan sahabatku itu. Aku melotot dan mengerutkan dahi atas apa yang aku lihat, yahh benar-benar itu adalah namaku. Tanpa terasa air mata ku berlinang dan berpelukan dengan sukma karena ia juga termasuk siswi yang beruntung sepertiku.

Kucupit tanganku untuk memastikan kalau ini hanyalah mimpi.
“aw..sakit”
yah ini benar nyata. Ini bukan mimpi. Ternyata mimpi kemarin malam menjadi kenyatan. Ini benar-benar nyata. Aku bersujud syukur ternyata aku akan menjadi mahasiswa internasional. Selangkah lagi cita-citaku tercapai menjadi mahasiswa  kedokteran. Allahu Akbar terimakasih atas segala nikmat-Mu Ya Allah.

Segera aku pulang kerumah. kucari-cari sosok nenek. Kudapati beliau sedang memainkan kinangnya dikursi goyang tempat favoritnya bersantai. Aku akan menyampaikannya dengan pelan tanpa membuat nenek kaget. Pasti nenek akan merasa senang sekali.

“nduk.. sampun wangsul” tanya nenek
inggih yang... “aku terus menebar senyum yang tak seperti biasanya sambil mencium tangan nenek.
Tak seperti biasanya masih dengan seragam osis sekolah aku tak langsung menuju tempat makan karena ada kejutan bahagia untuk orang yang selama ini merawat dan membesarkanku.
“yang...” sambil memijit-mijit pundaknya

“hmmmm...” jawabnya singkat sambil  sibuk menginang.
“alhamdulillah wati dapet beasiswa kuliah diluar negeri . Insya Allah minggu depan berangkat ke Amerika karena pasport visa dan lainnya sudah sekolah yang urus. Wati hanya mohon ridho dan do’a restu eyang putri kalih eyang eyang kakung” Kusampaikan kabar gembira ini dengan rasa teramat bahagia dengan harapan nenekpun merasakan hal yang sama.
Tapi...
Entah mengapa nenek tak menanggapi. Hanya diam dan terus diam. Muka keriputnya yang dimakan usia kini berubah merah padam seolah tak ada kata restu dihatinya.

Nenek masih terdiam. Aku menghentikan kedua tanganku memijit pundak nenek lantaran kedua tangan kasar nenek memegang tanganku.Ada butiran bening terlihat disudut matanya. Akupun tak kuasa menahan air mata ini saat melihat air mata nenek begitu deras mengalir. Aku bingung, apakah tadi yang kusampaikan salah atau kurang sopankah?  Hati ini masih bertanya-tanya. Mata yang menua itu kini memerah, mengalirkan air mata yang begitu derasnya. Aku semakin bingung. ada apa ini? Bukankah ini adalah kabar baik?. Aku semakin bingung. apakah nenek tidak suka kalau cucunya menjadi dokter? Entahlah. Saat hati ini masih dirundung rasa bingung aku mencoba menenangkan hati nenek dengan mengusap air matanya pada kedua pipi  yang keriput.

“yang putri.. kepripun??

Masih dalam diam.

“yang..” kuulangi pertanyaanku untuk yang kedua kalinya

Nenek pun mulai menggerakan mulutnya.

“nduk... “ pelan. Seolah mengurungkan niatnya untuk menyampaikan sesuatu

“inggih yang.. pripun?” kataku semakin penasaran.
“eyang kakung..” dengan tatapan kosong

“pripun eyang kakung ?” aku Memusatkan perhatianku pada mata dan gerakan bibirnya tak sabar apa yang akan diucapkan nenek kemudian

 “semalem eyang kakung bilang, eyang tidak ingin wati kuliah yang jauh. eyang ingin agar kuliah yang kental dengan agama islam eyang kakung tidak menginginkan wati mengejar cita-citanya menjadi dokter mengingat wati adalah perempuan tidak baik kuliah jauh-jauh sampai keluar negeri. Apakah wati tidak kasihan sama eyang yang sudah sepuh ini ditinggal cucu satu-satunya. Eyang begitu menyayangi kamu nduk... eyang tak mau berpisah apalagi selama 4 tahun”

Deg.. jantung ini seakan berhenti seolah cita-cita yang sudah didepan mata kini terkubur oleh lumpur-lumpur lapindo yang begitu panas....hingga rasa panas naik kepermukaan wajah, menjalar ke telinga dan leher. Panas. Air mata ini tumpah seketika. Aku lari menuju kamar.. nenek mencoba menghentikanku namun gagal karena pintu langsung terkunci. Terdengar suara Nenek terus mengetuk  pintu kamar... aku sama sekali tak menghiraukan. Aku menangis... dan terus menangis, tidak bisa terima kenyataan ini. Tak mungkin aku kubur mimpi yang sudah lama aku impikan. Masih dengan isak tangisku, menerka kira-kira apa yang menjadi alasan kakek dan nenek tak mengizinkanku untuk meraih impianku sejak kecil. Bukankah cita-citaku ini sangat mulia?? Aku ingin mengabdi pada masyarakat, ingin membantu orang-orang yang tak mampu untuk berobat karena kendala dana. Yang nantinya ingin menyejahterakan hidup masyarakat erutama di desa ini. Aku tak ingin kejadian-kejadian yang seperti dikoran atau media lainnya banyak orang sakit dibiarkan begitu saja hanya dengan satu alasan.. Kenapa?kenapa? tapi kenapa? Aku menjerit dibalik bantal hijau ini agar suara tangisku terdengar samar.

jarum jam menunjukan pukul 23.00 tak terdengar suara ketukan pintu nenek lagi, aku masih menangis kecil hingga tak bisa mengeluarkan air mata ini kembali. Mataku merah sembab. Aku lelah berjam-jam meratapi kenyataan tak sesuai dengan impian yang mau tidak mau harus dikubur dengan sebuah alasan. Mata ini seolah tak dapat diajak kompromi. Dan akhirnya...akupun tertidur.

###
Matahari mulai memancarkan sinarnya. Kicauan burung-burung seolah berlomba-lomba menyambut hari yang penuh berkah. Kokokkan ayam dibelakang rumah  tak ingin kalah, bersahut-sahutan terdengar di beberapa tempat.

“Selamat pagi, ayo donk semangat”

kalimat yang tak pernah alpa untuk diucapkanku di setiap pagi. Seolah sudah menjadi kebutuhan dipagi hari untuk mengawali aktifitas baru meskipun hati ini masih begitu sedih dengan kejadian kemarin sore. Aku mencoba lebih tegar dan menerima kenyataan meski begitu terasa sulit. Aku lebih nyaman sendiri berada dikamar. Keluar hanya ketika makan dan sholat. Sedikit kesal memang pada nenek dan kakekku. Bagaimana tidak, keberangkatanku hanya dalam hitungan hari untuk menuju ke Amerika. Aku kembali menangis. sinar mentari yang tersenyum cerah menjadi saksi seolah nasibnya begitu kontra. Betapa senangnya sukma yang masih memiliki orang tua yang lengkap dan menyetujui anaknya untuk menempuh pendidikan di Amerika. Aku terus meratapi nasib.

Tok tok tok....terdengar bunyi pintu kamar diketuk
“nduk... sarapan rihin” suruh nenek dari luar pintu kamar
“mboten pengin maem yang” jawabku
“mangke sakit” sambil terus mengetuk pintu. Berharap agar cucunya mau membukakan pintu
“mboten nopo !” jawabku singkat sambil membunyikan radio keras-keras
“nduk cah ayu buka pintunya” kalimatnya begitu tulus dan sabar namun aku tak memperdulikan perkataan nenek. Karena merekapun tak pernah mau memperdulikan perasaanku sekarang.

Musik radio yang tadinya meninggi kini semakin lirih dipadukan dengan ocehan penyiar radio bahwa kali ini radio FM Remaja Sentosa Ilmu akan memberikan tausiyah dari ustadzah Anisa.. aku masih setia mendengarkan radio ini untuk membuang perasaan yang sedang bercampur aduk tidak karuan.

Kali ini topiknya tentang berbakti pada orang tua:
“assalamu’alaikum pendengar setia radio remaja FM sentosa Ilmu. siapakah orang tua kita?” pertanyaan pertama ustadzah untuk memulai pembukaanya.

Apakah hanya ibu yang melahirkan kita saja ataukah ayah yang setia  mencari nafkah untuk kita? Yah, tentu saja bukan. Orang tua kita bukan hanya ibu kandung bahkan ayah saja namun kakek nenek kita pun termasuk orang tua yang wajib dan harus kita patuhi terlebih kakek dan nenek yang sudah menjadi pengganti orang tua kandung kita”.

Aku mengeryitkan dahi, memusatkan pendengaran dan konsentrasi. Sejujurnya hati ini sedikit tersindir.

Sebagai seorang anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada orang tua. Jika kita lihat jasa-jasa yang telah diberikan orang tua kepada kita, tentunya kita tidak akan dapat membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Mereka dengan ikhlas merawat kita hingga kita tumbuh dewasa, mereka tidak mengharapkan imbalan apapun kecuali agar anaknya dapat sehat dan menjadi anak yang soleh/saleha. Sampai kapanpun seorang anak tidak akan dapat membalas budi orang tua. Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak semata-mata karena jasa yang telah mereka berikan, melainkan juga karena perintah Allah ta’ala. Seperti yang tercantum dalam QS An-nisa ayat 36 “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tuamu” . . . jadi kesimpulan dari tausiyah hari ini, intinya apapun yang orang tua kita inginkan maka patuhilah permintaan beliau selagi permintaan itu tidak melanggar syaria’at islam. Karena keinginan orang tua kepada kita pastinya memiliki sebuah alasan yang jelas. kita tak akan pernah tahu kapan kematian orang tua kita datang. Jadi berikanlah kebahagiaan pada orang tua kita. Do’akan agar Allah senantiasa melindung mereka. Mengampuni dosa-dosa nya ,Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita diwaktu kecil. Robbighfirli waliwalidaya warhamghuma kama robbaya nishoghiroh.
Ustadzaha anisa fitri mengakhiri tausiah singkatnya denga do’a untuk orang tua.

Tanpa terasa cairan hangat berwarna bening dipelupuk mataku tumpah. Sungguh tersentuh hati ini. YA Allah ampuni hambamu ini yang berlumur dosa. Hamba begitu egois hamba begitu tak pernah memperhatikan perasaan beliau yang tua renta, hamba tahu sekarang. Mereka pasti ingin agar aku cucu satu-satunya bisa selalu menemani hari-hari disisa umurnya. Allahurobbi ampunilah hamba...

###
aku mencoba mengikhlaskan semua. Aku lupakan semua mimpi-mimpi indahku demi untuk berbakti pada orang tua. Ku kubur dalam-dalam. Kemarin adalah keberangkatan sukma ke Amerika. Aku tetap mengucapkan kepadanya selamat sukses dan agar tetap berhati-hati. Bu Arum pun sudah menerima surat pengunduran beasiswa dariku.

“mungkin saja sukma sudah sampai di Amerika, selamat sukma”

baiklah aku tak akan meratapi diri. Aku akan tetap kuliah di indonesia sesuai dengan keinginan eyang.

Aku mencoba menghibur diri dengan menonton televisi. Ku ganti beberapa channel stasiun Tv karena menurutku tak ada yang menarik. Terakhir ku ganti kemudian dengan chanel Top Edu Tv. Dan ... Aku mempertajam penglihatan, kupelototi dan menambah volume beberapa level agar pendengaranku semakin jelas. Tiba-tiba pandanganku gelap. Akupun pingsan.

##

Fajar mulai menyingsingkan diri. Sebagai cucu semata wayang, wati tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang kakek dan nenek. Aku bersyukur atas nasihat-nasihat eyang. Mungkin saja kalau aku menerima beasiswa itu aku tak diketahui keberadaannya sekarang bahkan mungkin berada di liang kubur.

“dados pripun niku kabar kancamu dek? Eyang kakung berbicara

Sampai sekarang belum juga ditemukan. Pesawat yang terbang kearah barat menuju Amerikan jatuh ke laut termasuk sukma teman wati tapi semua sudah ada pihak berwajib sedang mendeteksi semua masalah ini. Mudah-mudahan jasadnya bisa segera ditemukan.” Jelasku sambil lemas dan masih terbaring dikamar. Air mata ini terus mengalir.

“nduk minta maaf eyang putri yang kakung nggih... atas sikap nduk beberapa hari ini dengan mengurung dikamar yang tak seharusnya dilakukan oleh gadis berjilbab sepertiku. karena kemarin wati belum bisa menerima kenyataan. Namun karena hidaya Allah kini wati sadar, apa yang wati lakukan selama ini tidak benar jadi wati berniat untuk menjadi seoarang anak yang sholehah seperti impian eyang. Mungkin saja kalau wati tak mendengarkan nasihat eyang sekarang sudah mengalami nasib sama seperti sukma.

“ssttttttttt,,, ngomong opo toh nduk. Itu semua memang sudah takdir eyang pun sudah memaafkan mu kok nduk. Iya to”
Jawab nenek sambil melihat ke arah eyang kakung.
“iyoooo... putu sing paling ayu dewek hehe” ledek eyang kakung
Kami semua pun tersenyum dengan sedikit tawa

“Yang ...Insya allah wati akan kuliah di UIN SUKA Yogyakarta jurusan pendidikan agama Islam, mungkin itu tak terlalu jauh dari tempat tinggal kita yang meskipun nanti harus kos”

terlihat senyum kakek dan nenek begitu bahagia, sangat jauh berbeda ketika kabar baik beasiswa luar negeri itu yang pernah aku sampaikan sebelumnya
“Kalau eyang setuju-setuju saja, tapi ada sedikit rasa khawatir. Kamu perempuan. Keluarga disini semua.”
“InsyaAllah perlindungan Allah akan tetap bersama nduk. Jadi, nduk harap jangan khawatir nggih…”.
Eyang pun menyetujui dengan menganggukan kepala yang kemudian meninggalkan ku untuk menunaikan sholat.
***
Pengumuman penerimaan mahasiswa baru berlangsung hari ini yang dapat dilihat secara online. Alhamdulillah nama  RACHMAWATI diterima di pendidikan Agama Islam UIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta betapa senangnya diterima di kampus dambaan kakek dan nenek karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga.

Glosarium
Cah ayu : anak yg cantik
Dados : jadi
Eyang kakung : kakek
Eyang putri : nenek
Inggih : iya
Kalih : dan
Kanca : teman
Kepripun : kenapa
Kinang : makanan dari daun sirih untuk nenek-nenek
Mangke : nanti
Mboten nopo : tidak apa-apa
Nduk : panggilan sayang kepada anak/cucu
Niku : itu
Ngomong opo toh : bilang apa sih
Rihin : duluan
Sampun : sudah
Sepuh : tua sekali
Wangsul : pulang

Penulis:
Rum Efi Fitriani
Penulis pemula. Baru belajar menuangkan kata-kata.
Butuh motivasi baru. Butuh inspirasi baru.

(Mahasiswi Pendidikan Matematika UHAMKA Jakarta)