“Alhamdulillah Ujian Nasional selesai” aku tersenyum
puas.
Mata ini mulai berani menatap matahari kembali
dengan sunggingan senyum kepuasan. Aku merasa belajarku tidak sia-sia karena
soal-soal ujian nasional dapat diselesaikan tanpa harus menggadaikan keimanan
seperti mayoritas teman-teman. Sekarang tugasku hanya menunggu pengumuman
kelulusan.
Rakhmawati Namaku. Wati adalah nama panggilanku.
Nama yang cukup singkat namun memiliki makna yang begitu mendalam. Aku adalah
anak yatim piatu. Sejak berumur 8 bulan aku dibesarkan oleh eyang yang begitu
menyayangiku. Setelah kepergian orang tuaku karena kecelakaan. Aku tak pernah
melihat orang tua kandungku hanya foto yang aku dapatkan. Sedih bukan?
Kadang Perasaan iri muncul ketika penerimaan raport. Bagaimana tidak,
melihat teman-teman begitu senangnya menebar senyum saat orang tua mereka
datang kesekolah. Namun itu tak akan pernah menyurutkan mimpiku untuk menuju
sukses. Apalagi pesimis. Yah aku merupakan siswi kelas XII di SMA ternama di
daerah tempat tinggalku,SMA N 1 DARMA. Ada semangat optimis akan lulus UN juga
beasiswa Harvard University yang sudah aku ikuti tesnya bersama beberapa teman
lain. Yah aku begitu menyukai dunia kesehatan sehingga aku sangat berambisi
untuk menjadi dokter.
Aku dikenal sebagai siswi teladan dengan segudang
prestasi. Kecantikanku yang natural tanpa polesan kerap mendatangkan pujian tak
diundang. Aku dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Yah kakeku yang
aku panggil eyang kakung dulunya adalah seseorang yang masa mudanya dihabiskan
untuk menjadi seorang santri di Gontor Jawa Timur. Namun entah kenapa Allah
belum memberikanku hidayah untuk mengikuti jejak eyang kakung. Hanya satu yang selalu terbayang di mimpi
adalah menjadi seorang dokter lulusan Universitas Tingkat dunia, Bagaimana lagi
kalau bukan Harvard University. Akupun tak memiliki alasan pasti kenapa kampus
luar negeri menjadi pilihan pertama ku. yang jelas tekadku sangat kuat menjadi
seorang dokter yang nantinya dapat mengabdi pada masyarakat sekitar.
###
Sang malam telah pergi dan pagipun menjemputku
dengan sangat indah. Titik-titik embun membasahi daun-daun diluar jendela. Aku
masih berada dikamar tepatnya didepan cermin. Kutatap wajahku berkali-kali dicermin , bayangan itu
tersenyum manis. Anggun sekali. Gaun coklat muda yang biasa orang menyebutnya
kebaya melipat rapi ditubuhku, tak ketinggalan dengan beberapa hiasan sederhana
memperindah kepalaku yang terlindungi oleh jilbab putih dengan sedikit corak
batik. Hari ini aku akan wisuda SMA bertepatan dengan pengumuman beasiswa. Mudah-mudahan
Engkau mewujudkan mimpiku Ya Allah.. aamiin.
Kursi wisudawan dan para wali murid telah penuh. Aku duduk paling depan bersama sukma teman seperjuanganku meraih mimpi dinegeri paman sam. Sambutan Kepala Sekolah pun berlangsung... ucapan puji syukur kami panjatkan serempak setelah mengetahui bahwa SMA favorit ini lulus UN 100%. Akupun mengucapkan hamdallah dan tersenyum pada nenek yang terlihat dari jauh. Namun senyum yang tadinya mengembang tiba-tiba mengkerut dikalahkan oleh energi detak jantung yang semakin kencang tatkala telinga ini mendengar Kepala Sekolah mengumumkan beberapa siswa yang mendapatkan beasiswa keluar negeri. Yahh,, aku hampir tak percaya namaku disebutkan pertama kali “RACHMAWATI kelas XII IPA 1 dengan Nomor induk 10444 mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan sarjana Fakultas Kedokteran Harvard University” aku masih terdiam. Jantungku semakin kencang berdetak. Buku-buku jari tangan seolah tak dapat aku kendalikan. Pipi ini panas layaknya didepan api unggun dengan ketinggian 60 meter. Aku mulai mengatur nafas. Senang sekaligus tidak percaya. Sukma memeluku. Air mataku menetes dipipi menghapus make up tipis yang sempat ku oles tadi pagi. Mata yang dipenuhi tangis bahagia ini mencari-cari sosok nenek namun tak aku temukan. Kakekpun juga tak ada. Teman-teman disekitarku mengucapkan selamat atas kesuksesanku. Aku dipersilahkan menuju panggung. Ternyata Presiden Obama ada disana. beliau memberikan penghargaan spesial. Yahh sebuah perunggu perak berlapis emas. Subhanallah aku begitu bahagia sekali. Melihat banyak mata semua tertuju padaku. Aku begitu salting dan nervous dengan beberapa kamera dan stasiun televisi swasta yang sangat antusias mengambil gerak geriku disini.
Aku
bangga, lengkap sekali kedua tangan ini memegang penghargaan. Kini tiba saatnya
aku memberikan sambutan atas kesuksesanku untuk kakek dan neneku tercinta meski
mata ini tak kudapati melihat mereka yang entah kemana. Berkali-kali ku tarik
nafas dalam-dalam untuk menyeimbangkan rasa grogi dan senang. bukan main. Ku
mulai merangkai kata seindah mungkin tepuk tangan sangat riuh renyah begitu
cetar membahana atas apa yang aku sampaikan. namun seketika itu tepuk tangan
hening begitu saja digantikan oleh bunyi sangat keras menggema ditelangaku. Mengagetkan
sekali.
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggggg......................
Suara
alarm hp ku berbunyi sangat keras, sehingga membuat aku terbangun dari tidurku
dengan sejuta mimpi indah yang menghiasi.
“Ya ampun,
ternyata cuma mimpi” sesalku sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya
tidak terasa gatal.
“hmm coba
kalau beneran” khayalku dengan mataku yang masih mengantuk
“ah dari
pada aku memikirkan yang tidak pasti lebih baik aku mandi” ujarku pada diri
sendiri.
##
teeeeeeeeetttttttttttttttt...
teeeeeeeeetttttttttttttttt...
Suara bel
sekolah membuat para siswa-siswi bersorak ria mendengar bunyi singkat pertanda
bahwa aktifitas kegiatan belajar mengajar telah usai.
Nampak
adik-adik kelas mengemasi peralatan
tulis seperti pensil penghapus beserta buku-buku yang mungkin tadi sempat
mereka pelajari. Aku hanya melihat dari perpustakaan karena hari ini aku
berniat untuk meminjam buku TOEFL untuk memperdalam bahasa inggrisku.
“wati wati...” dengan nafas tergopoh-gopoh
seseorang yang sangat aku kenal mendekatiku.
“sukma?
.... ada apa kok kaya orang kesurupan begitu..
“selamat wati.. selamat...kamu salah satu
siswi yang mendapatkan beasiswa keluar negeri ” “haaaah.. serius. Becanda kamu.
Bukannya pengumumannya nanti malam, itupun secara online”
“Tadi Bu Arum menjelaskan kalo pengumumannya dipercepat waktunya, kalo nggak percaya ikut aku sekarang”
“Tadi Bu Arum menjelaskan kalo pengumumannya dipercepat waktunya, kalo nggak percaya ikut aku sekarang”
sukma
langsung meraih tangan kecilku dan berlari menuju pengumuman di mading sekolah.
Jantungku
berdebar tak percaya dengan perkataan sahabatku itu. Aku melotot dan mengerutkan
dahi atas apa yang aku lihat, yahh benar-benar itu adalah namaku. Tanpa terasa air
mata ku berlinang dan berpelukan dengan sukma karena ia juga termasuk siswi
yang beruntung sepertiku.
Kucupit
tanganku untuk memastikan kalau ini hanyalah mimpi.
“aw..sakit”
yah ini benar
nyata. Ini bukan mimpi. Ternyata mimpi kemarin malam menjadi kenyatan. Ini
benar-benar nyata. Aku bersujud syukur ternyata aku akan menjadi mahasiswa
internasional. Selangkah lagi cita-citaku tercapai menjadi mahasiswa kedokteran. Allahu Akbar terimakasih atas
segala nikmat-Mu Ya Allah.
Segera aku
pulang kerumah. kucari-cari sosok nenek. Kudapati beliau sedang memainkan kinangnya dikursi goyang tempat
favoritnya bersantai. Aku akan menyampaikannya dengan pelan tanpa membuat nenek
kaget. Pasti nenek akan merasa senang sekali.
“nduk.. sampun wangsul” tanya nenek
“inggih yang... “aku terus menebar senyum
yang tak seperti biasanya sambil mencium tangan nenek.
Tak
seperti biasanya masih dengan seragam osis sekolah aku tak langsung menuju
tempat makan karena ada kejutan bahagia untuk orang yang selama ini merawat dan
membesarkanku.
“yang...”
sambil memijit-mijit pundaknya
“hmmmm...” jawabnya singkat sambil sibuk menginang.
“alhamdulillah wati dapet beasiswa kuliah diluar
negeri . Insya Allah minggu depan berangkat ke Amerika karena pasport visa dan
lainnya sudah sekolah yang urus. Wati hanya mohon ridho dan do’a restu eyang putri kalih eyang eyang kakung”
Kusampaikan kabar gembira ini dengan rasa teramat bahagia dengan harapan
nenekpun merasakan hal yang sama.
Tapi...
Entah mengapa nenek tak menanggapi. Hanya diam dan
terus diam. Muka keriputnya yang dimakan usia kini berubah merah padam seolah
tak ada kata restu dihatinya.
Nenek masih terdiam. Aku menghentikan kedua tanganku
memijit pundak nenek lantaran kedua tangan kasar nenek memegang tanganku.Ada
butiran bening terlihat disudut matanya. Akupun tak kuasa menahan air mata ini
saat melihat air mata nenek begitu deras mengalir. Aku bingung, apakah tadi
yang kusampaikan salah atau kurang sopankah?
Hati ini masih bertanya-tanya. Mata yang menua itu kini memerah,
mengalirkan air mata yang begitu derasnya. Aku semakin bingung. ada apa ini? Bukankah
ini adalah kabar baik?. Aku semakin bingung. apakah nenek tidak suka kalau
cucunya menjadi dokter? Entahlah. Saat hati ini masih dirundung rasa bingung
aku mencoba menenangkan hati nenek dengan mengusap air matanya pada kedua
pipi yang keriput.
“yang
putri.. kepripun??
Masih dalam diam.
“yang..”
kuulangi pertanyaanku untuk yang kedua kalinya
Nenek pun mulai menggerakan mulutnya.
“nduk...
“ pelan.
Seolah mengurungkan niatnya untuk menyampaikan sesuatu
“inggih
yang.. pripun?” kataku semakin penasaran.
“eyang
kakung..” dengan tatapan kosong
“pripun
eyang kakung ?” aku Memusatkan perhatianku pada mata
dan gerakan bibirnya tak sabar apa yang akan diucapkan nenek kemudian
“semalem
eyang kakung bilang, eyang tidak ingin wati kuliah yang jauh. eyang ingin agar
kuliah yang kental dengan agama islam eyang kakung tidak menginginkan wati
mengejar cita-citanya menjadi dokter mengingat wati adalah perempuan tidak baik
kuliah jauh-jauh sampai keluar negeri. Apakah wati tidak kasihan sama eyang
yang sudah sepuh ini ditinggal cucu
satu-satunya. Eyang begitu menyayangi kamu nduk...
eyang tak mau berpisah apalagi selama 4 tahun”
Deg.. jantung ini seakan berhenti seolah cita-cita
yang sudah didepan mata kini terkubur oleh lumpur-lumpur lapindo yang begitu
panas....hingga rasa panas naik kepermukaan wajah, menjalar ke telinga dan
leher. Panas. Air mata ini tumpah seketika. Aku lari menuju kamar.. nenek
mencoba menghentikanku namun gagal karena pintu langsung terkunci. Terdengar
suara Nenek terus mengetuk pintu
kamar... aku sama sekali tak menghiraukan. Aku menangis... dan terus menangis,
tidak bisa terima kenyataan ini. Tak mungkin aku kubur mimpi yang sudah lama aku
impikan. Masih dengan isak tangisku, menerka kira-kira apa yang menjadi alasan
kakek dan nenek tak mengizinkanku untuk meraih impianku sejak kecil. Bukankah
cita-citaku ini sangat mulia?? Aku ingin mengabdi pada masyarakat, ingin
membantu orang-orang yang tak mampu untuk berobat karena kendala dana. Yang
nantinya ingin menyejahterakan hidup masyarakat erutama di desa ini. Aku tak
ingin kejadian-kejadian yang seperti dikoran atau media lainnya banyak orang
sakit dibiarkan begitu saja hanya dengan satu alasan.. Kenapa?kenapa? tapi
kenapa? Aku menjerit dibalik bantal hijau ini agar suara tangisku terdengar
samar.
jarum jam menunjukan pukul 23.00 tak terdengar suara
ketukan pintu nenek lagi, aku masih menangis kecil hingga tak bisa mengeluarkan
air mata ini kembali. Mataku merah sembab. Aku lelah berjam-jam meratapi
kenyataan tak sesuai dengan impian yang mau tidak mau harus dikubur dengan
sebuah alasan. Mata ini seolah tak dapat diajak kompromi. Dan akhirnya...akupun
tertidur.
###
Matahari mulai memancarkan sinarnya. Kicauan
burung-burung seolah berlomba-lomba menyambut hari yang penuh berkah. Kokokkan
ayam dibelakang rumah tak ingin kalah,
bersahut-sahutan terdengar di beberapa tempat.
“Selamat pagi, ayo donk semangat”
kalimat yang tak pernah alpa untuk diucapkanku di
setiap pagi. Seolah sudah menjadi kebutuhan dipagi hari untuk mengawali
aktifitas baru meskipun hati ini masih begitu sedih dengan kejadian kemarin
sore. Aku mencoba lebih tegar dan menerima kenyataan meski begitu terasa sulit.
Aku lebih nyaman sendiri berada dikamar. Keluar hanya ketika makan dan sholat.
Sedikit kesal memang pada nenek dan kakekku. Bagaimana tidak, keberangkatanku
hanya dalam hitungan hari untuk menuju ke Amerika. Aku kembali menangis. sinar
mentari yang tersenyum cerah menjadi saksi seolah nasibnya begitu kontra.
Betapa senangnya sukma yang masih memiliki orang tua yang lengkap dan
menyetujui anaknya untuk menempuh pendidikan di Amerika. Aku terus meratapi
nasib.
Tok tok tok....terdengar bunyi pintu kamar diketuk
“nduk... sarapan rihin” suruh nenek dari luar pintu
kamar
“mboten pengin maem yang” jawabku
“mangke sakit” sambil terus mengetuk pintu. Berharap
agar cucunya mau membukakan pintu
“mboten nopo !” jawabku singkat sambil membunyikan
radio keras-keras
“nduk cah ayu buka pintunya” kalimatnya begitu tulus
dan sabar namun aku tak memperdulikan perkataan nenek. Karena merekapun tak
pernah mau memperdulikan perasaanku sekarang.
Musik radio yang tadinya meninggi kini semakin lirih
dipadukan dengan ocehan penyiar radio bahwa kali ini radio FM Remaja Sentosa Ilmu
akan memberikan tausiyah dari ustadzah Anisa.. aku masih setia mendengarkan
radio ini untuk membuang perasaan yang sedang bercampur aduk tidak karuan.
Kali ini topiknya tentang berbakti pada orang tua:
“assalamu’alaikum
pendengar setia radio remaja FM sentosa Ilmu. siapakah orang tua kita?” pertanyaan
pertama ustadzah untuk memulai
pembukaanya.
Apakah
hanya ibu yang melahirkan kita saja ataukah ayah yang setia mencari nafkah untuk kita? Yah, tentu saja
bukan. Orang tua kita bukan hanya ibu kandung bahkan ayah saja namun kakek
nenek kita pun termasuk orang tua yang wajib dan harus kita patuhi terlebih
kakek dan nenek yang sudah menjadi pengganti orang tua kandung kita”.
Aku mengeryitkan dahi, memusatkan pendengaran dan
konsentrasi. Sejujurnya hati ini sedikit tersindir.
Sebagai
seorang anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada orang tua. Jika kita lihat
jasa-jasa yang telah diberikan orang tua kepada kita, tentunya kita tidak akan
dapat membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Mereka dengan ikhlas merawat
kita hingga kita tumbuh dewasa, mereka tidak mengharapkan imbalan apapun kecuali
agar anaknya dapat sehat dan menjadi anak yang soleh/saleha. Sampai kapanpun
seorang anak tidak akan dapat membalas budi orang tua. Kewajiban berbakti
kepada orang tua tidak semata-mata karena jasa yang telah mereka berikan,
melainkan juga karena perintah Allah ta’ala. Seperti yang tercantum dalam QS
An-nisa ayat 36 “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tuamu” . . . jadi kesimpulan dari
tausiyah hari ini, intinya apapun yang orang tua kita inginkan maka patuhilah
permintaan beliau selagi permintaan itu tidak melanggar syaria’at islam. Karena
keinginan orang tua kepada kita pastinya memiliki sebuah alasan yang jelas.
kita tak akan pernah tahu kapan kematian orang tua kita datang. Jadi berikanlah
kebahagiaan pada orang tua kita. Do’akan agar Allah senantiasa melindung
mereka. Mengampuni dosa-dosa nya ,Sayangilah mereka sebagaimana mereka
menyayangi kita diwaktu kecil. Robbighfirli waliwalidaya warhamghuma kama
robbaya nishoghiroh.
Ustadzaha anisa fitri mengakhiri tausiah singkatnya
denga do’a untuk orang tua.
Tanpa terasa cairan hangat berwarna bening dipelupuk
mataku tumpah. Sungguh tersentuh hati ini. YA Allah ampuni hambamu ini yang berlumur
dosa. Hamba begitu egois hamba begitu tak pernah memperhatikan perasaan beliau
yang tua renta, hamba tahu sekarang. Mereka pasti ingin agar aku cucu
satu-satunya bisa selalu menemani hari-hari disisa umurnya. Allahurobbi
ampunilah hamba...
###
aku mencoba mengikhlaskan semua. Aku lupakan semua mimpi-mimpi indahku demi untuk berbakti pada orang tua. Ku kubur dalam-dalam. Kemarin adalah keberangkatan sukma ke Amerika. Aku tetap mengucapkan kepadanya selamat sukses dan agar tetap berhati-hati. Bu Arum pun sudah menerima surat pengunduran beasiswa dariku.
aku mencoba mengikhlaskan semua. Aku lupakan semua mimpi-mimpi indahku demi untuk berbakti pada orang tua. Ku kubur dalam-dalam. Kemarin adalah keberangkatan sukma ke Amerika. Aku tetap mengucapkan kepadanya selamat sukses dan agar tetap berhati-hati. Bu Arum pun sudah menerima surat pengunduran beasiswa dariku.
“mungkin saja sukma sudah sampai di Amerika, selamat
sukma”
baiklah aku tak akan meratapi diri. Aku akan tetap
kuliah di indonesia sesuai dengan keinginan eyang.
Aku mencoba menghibur diri dengan menonton televisi.
Ku ganti beberapa channel stasiun Tv karena menurutku tak ada yang menarik.
Terakhir ku ganti kemudian dengan chanel Top Edu Tv. Dan ... Aku mempertajam
penglihatan, kupelototi dan menambah volume beberapa level agar pendengaranku
semakin jelas. Tiba-tiba pandanganku gelap. Akupun pingsan.
##
Fajar mulai menyingsingkan diri. Sebagai cucu semata
wayang, wati tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang kakek dan nenek.
Aku bersyukur atas nasihat-nasihat eyang. Mungkin saja kalau aku menerima
beasiswa itu aku tak diketahui keberadaannya sekarang bahkan mungkin berada di
liang kubur.
“dados pripun niku kabar kancamu dek? Eyang kakung
berbicara
Sampai sekarang belum juga ditemukan. Pesawat yang
terbang kearah barat menuju Amerikan jatuh ke laut termasuk sukma teman wati
tapi semua sudah ada pihak berwajib sedang mendeteksi semua masalah ini.
Mudah-mudahan jasadnya bisa segera ditemukan.” Jelasku sambil lemas dan masih
terbaring dikamar. Air mata ini terus mengalir.
“nduk minta maaf eyang putri yang kakung nggih...
atas sikap nduk beberapa hari ini dengan mengurung dikamar yang tak seharusnya
dilakukan oleh gadis berjilbab sepertiku. karena kemarin wati belum bisa
menerima kenyataan. Namun karena hidaya Allah kini wati sadar, apa yang wati
lakukan selama ini tidak benar jadi wati berniat untuk menjadi seoarang anak
yang sholehah seperti impian eyang. Mungkin saja kalau wati tak mendengarkan
nasihat eyang sekarang sudah mengalami nasib sama seperti sukma.
“ssttttttttt,,, ngomong opo toh nduk. Itu semua
memang sudah takdir eyang pun sudah memaafkan mu kok nduk. Iya to”
Jawab nenek sambil melihat ke arah eyang kakung.
“iyoooo... putu sing paling ayu dewek hehe” ledek
eyang kakung
Kami semua pun tersenyum dengan sedikit tawa
“Yang ...Insya allah wati akan kuliah di UIN SUKA
Yogyakarta jurusan pendidikan agama Islam, mungkin itu tak terlalu jauh dari
tempat tinggal kita yang meskipun nanti harus kos”
terlihat senyum kakek dan nenek begitu bahagia,
sangat jauh berbeda ketika kabar baik beasiswa luar negeri itu yang pernah aku
sampaikan sebelumnya
“Kalau eyang setuju-setuju saja, tapi ada sedikit
rasa khawatir. Kamu perempuan. Keluarga disini semua.”
“InsyaAllah perlindungan Allah akan tetap bersama
nduk. Jadi, nduk harap jangan khawatir nggih…”.
Eyang pun menyetujui dengan menganggukan kepala yang
kemudian meninggalkan ku untuk menunaikan sholat.
***
Pengumuman penerimaan mahasiswa baru berlangsung
hari ini yang dapat dilihat secara online. Alhamdulillah nama RACHMAWATI diterima di pendidikan Agama Islam
UIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta betapa senangnya diterima di kampus dambaan kakek
dan nenek karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga.
Glosarium
Cah ayu : anak yg cantik
Dados : jadi
Eyang kakung : kakek
Eyang putri : nenek
Inggih : iya
Kalih : dan
Kanca : teman
Kepripun : kenapa
Kinang : makanan dari daun sirih untuk nenek-nenek
Mangke : nanti
Mboten nopo : tidak apa-apa
Nduk : panggilan sayang kepada anak/cucu
Niku : itu
Ngomong opo toh : bilang apa sih
Rihin : duluan
Sampun : sudah
Sepuh : tua sekali
Wangsul : pulang
Penulis:
Rum Efi Fitriani
Penulis pemula. Baru belajar menuangkan kata-kata.
Butuh motivasi baru. Butuh inspirasi baru.
(Mahasiswi Pendidikan Matematika UHAMKA Jakarta)