leaf

Jumat, 12 Desember 2014

Cerpen : Ar-Rahman, Aku Jatuh Cinta




Penulis : Rum Efi Fitriani

            Gagahnya mentari sore membuat langit begitu bersih. Perlahan sinarnya tak setajam kala siang hari. Anginpun berhembus sejalan dengan aroma ayat-ayat suci Al-qur’an yang ditiupkan anak manusia yang begitu mencintai kitab-Nya.

            “Fabiayii ala irobbikuma tukadziban...” lantunan ayat-ayat-Nya terdengar begitu syahdu dan mendamaikan qolbu, pemandangan yang sejuk dan selalu terdengar selepas sholat ashar dimasjid kampus. Ya, pemuda itu Adam namanya. Seorang pemuda dikenal kesolehannya. Pergaulannya sangat terjaga. pemuda itu sangat berhati-hati menjaga pandangannya. Jangankan melihat hal-hal yang tercela, bahkan menatap wajah lain jenis aja serasa tabu baginya. Dan yang sangat luar biasa, Adam sangat kokoh menjaga wudhu.


            Adam nama panggilannya. Siapapun yang melihatnya akan terpesona dengan aura positif yang terpancar dari wajahnya. Wajahnya cukup susah disebut ganteng namun sangat mudah untuk disebut teduh. Mengobrol dengannya lebih sering mendapatkan hikmah. Meski tak terucap kalimat nasihat dari lisannya. Namun sungguh amat terasa menentramkan.

            Hari ini sasa hendak pergi keperpustakaan untuk mengembalikan buku, karena letak perpus dan masjid kampus berdekatan, tak sengaja ia bertemu dengan Adam yang mukanya masih basah dengan air wudhu. Mungkin adam akan melaksanakan sholat ashar. Ya, meski Adam tidak mengenal sasa tapi sasa mengenalnya lewat nama yang sering teman-teman bicarakan tentang prestasi akademiknya. Adam berjalan melewati sasa yang sedang duduk diteras masjid bersama rara temannya, sejenak matanya bertemu dengan mata sasa. Adam buru-buru menundukan pandangan. Deg. Sasa merasakan jantungnnya bergetar hebat bercampur malu karena ketahuan sedang memperhatikannya. Ya.adam namanya tak hanya berhasil mencuri perhatian sasa tetapi sebagian hati sasa.


***
6 bulan kemudian
Rumana salsabila. Sasa biasa orang memanggilnya. gadis yang santun dan baik hati. Ia merupakan gadis yang sederhana, namun kadang kala terlihat manja karena mungkin ia adalah anak semata wayang yang tak pernah kurang dengan kasih sayang orang tuanya. Beberapa hari yang lalu ia telah diwisuda S1. Bahkan sekarang ia sudah bekerja disekolah swasta favorit dikotanya. Sehari setelah wisuda sasa mendengar kabar dari temannya bahwa adam kembali kekampung halamannya untuk merintis usaha bisnisnya dibidang publikasi media islam.

“Subhanallah ciptaan-Mu begitu tergerak hatinya untuk menyebar dakwah” lagi-lagi sasa mengagumi dalam diamnya. Namun sebenarnya ada sedikit rasa kecewa dihati sasa, itu artinya ia tak akan pernah lagi bertemu apalagi mendengar suaranya.

***
Jilbab lebarnya tertiup angin sore. Ia duduk diteras rumah. Sasa, masih kefikiran dengan pemuda yang pernah didengarnya kala waktu dikampus dulu. Ia merindukan suara yang setiap kali sore terdengar merdunya. “astagfirullohaladzim, Ya Allah maafkan sasa” sasa berusaha menghapus perasaan itu, karena takut akan terjadi zina hati.

Pukul 02.30 alarm hp sasa bunyi. Sasa terbangun. Ia berwudhu dan melaksanakan sholat lail.
Shalat Tahajud ia laksanakan dengan ruku’ dan sujud yang sempurna. Ia tak pernah lupa memohon ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak dapat dihitung kemudian ia memuji nama Tuhannya dan memanjatkan doa untuk ibu, ayah dan untuk ummat Muhammad saw yang sedang berjihad fii sabilillah. Dan tentunya untuk dirinya kesehatan, kelancaran rizki dan . . . jodoh.

“Ya Allah hamba mengagumi ciptaan-Mu, namun hamba tak pernah ada komunikasi sekalipun dengannya, karena ia tidak mengenal hamba. Ya Allah segalanya hamba serahkan pada-Mu, jika pemuda yang bernama adam itu adalah jodoh hamba maka ikatlah kami dalam tali suci pernikahan namun jika ia bukan jodoh hamba hapuslah perasaan yang selama ini mengusik dan pertemukan hamba dengan jodoh terbaik menurut-Mu Ya Allah” air mata sasa mengalir dalam sujud. Ia terus memohon pada Sang Maha pemilik cinta.


***
sasa keluar kamar mencari Ibu, dilihatnya ibu sedang melipat baju diruang tengah. Sasa mendekat dan duduk. Dengan gelisah sasa tatap ibu berkali-kali. keinginan yang sedari tadi ingin disampaikan mendadak menjadi beban yang ragu dilontarkan.

“ibu, sasa bantu ya” tawar sasa yang sebenarnya bukan pertanyaan itu yang hendak disampaikan
Ibu menjawab senyum.
“sa, kapan mulai pendaftaran S2?” tanya Ibu.
“minggu depan bu” jawab sasa
“ibu bapak setuju kalo kamu lanjut S2, tapi jangan sampe melupakan menikah” Ibu memberi saran.
“Iya. bu” jawab sasa sambil melipat baju
“lihat teman-temanmu udah pada gendong anak, kamu masih saja gendong tas” canda Ibu dengan sedikit menyinggung perasaan sasa.
“Iya bu” singkat lala
“ehm.. Ibu, sasa... sasa sebenarnya hmmm...”
sasa menundukan wajahnya dalam-dalam. rasa malu bertabur jengah dan bingung sudah memenuhi rongga dada bahkan sebelum keinginan itu disebutkan.

“kenapa sa,,,?” Ibu menghentikan lipatan baju.
“sasa sebenarnya... sebenarnya sasa sudah... sudah ingin menikah bu”
Rasa panas karena malu menjalari kedua pipi sasa, ia kembali menunduk menutupi rona merah diwajahnya yang mulai terlihat.
***

sebulan setelah sasa mengatakannya keinginan untuk menikah ayahnya menyampaikan hal penting kepada putrinya. Sasa.

“apa kamu sudah punya calon suami, sa?” tanya ayah dengan hati-hati
“belum ayah, tapi...” sasa ragu untuk melanjutkan
“tapi apa”? ayah penasaran
Sasa diam. Tidak bisa menjawab.
“sasa mencintai teman kuliahnya, tapi tidak pasti begitu orangnya” jawab ibu
Sasa masih menunduk. Diam.
“kemarin sore, H.Mahfu teman ayah dari Solo kesini. Berniat melamarmu untuk anaknya. kalo ayah dan ibu setuju, sekarang keputusan ditangan kamu sa.” Jelas Ayah
 “bagaimana sa? jujur, ibu ingin kamu menikah dengan anak teman ayah namanya Rahman, ia pemuda baik, soleh, sudah lulus kuliah juga bahkan sudah punya bisnis usaha sendiri dan ayahmu tau persis bagaimana keluarganya” promo ibu dengan  menjelaskan begitu detail.
“bagaimana sa... ayah tidak memaksa. Ayah butuh jawaban dari kamu, tidak enak kalo sampe mereka menunggu lama jawabanmu”

Jantung sasa berdetak makin cepat, ia mulai berfikir untuk menimbang-nimbang

“bagaimana jika pernikahan dilangsungkan dengan Rahman tapi hati masih menyimpan seseorang yang selama ini diam-diam dicintainya. Ya, Adam. Namun, bagaimana pernikahan dengan adam bisa terjadi sedangkan menyapanya saja tak pernah, apalagi berbicara. Tak pernah sekalipun komunikasi dengannya karena dia memang tidak mengenalku. Bahkan kabar yang biasa terdengar dari teman-temannya kian lama kian memudar. Yah, aku harus melupakan adam. Harus. Aku akan mengikuti pilihan orang tuaku.” sasa berbicara dalam hati

“ehmm...” ayah berdehem. Memecahkan lamunan sasa.

“eh,, iya ayah, bu... sasa terima. Sasa bahagia kalau ayah dan ibupun bahagia”
“alhamdulillah” ayah dan ibu mengucapkan hamdallah
“baiklah, nanti ayah segera hubungi H.Mahfu untuk kemari”

***
belajar melupakan seseorang yang pernah singgah dihati terasa begitu sulit, malam itu sasa tidur hanya sebentar. Jarum panjang menunjukan pukul 02.00 bahkan alarm hpnya belum bunyi.
Ia sempatkan menulis isi hatinya di buku diary.

November 2014.
Dear Diary...
Maaf karena kesibukanku jarang sekali mencorat-coretmu. Apa kabarmu di?  Kabarku tak terlalu baik karena aku akan dijodohkan dengan rahman yang orangnya sama sekali aku belum pernah melihatnya. Aku tidak yakin di kalau aku bisa mencintai rahman. jujur meski aku telah menyetujui perjodohan ini namun pikiranku masih kalut. Rasa bingung dan gelisah masih terus menyelimuti. Tapi aku ikhlaskan semuanya. Yah, aku mnecoba belajar ikhlas demi orang tuaku, demi cintaku pada Sang pemilik cinta-Nya. Dan melupakan orang yang tidak pasti.


“kriiiiiingggggg,,,,,”alarm hp sasa berbunyi. sasa menutup buku diarynya. Ia masih menginginkan ketenangan hati. Kemudian melakukan sholat tahajud.

“Ya, Allah... bila pemuda pilihan ayah yang bernama rahman adalah memang pemuda yang baik maka izinkan ia menjadi jodoh hamba, menjadi pembimbing dan imam setiap ibadahku pada-Mu”

***
hari jum’at pukul 08.00 ada rombongan keluarga datang kerumah sasa. Sasa mengintip dari jendela kamar. Ia terkejut saat melihat salah satu pemuda yang diyakini itu adalah adam. “jangan-jangan adam adalah saudaranya rahman” ia jadi bingung dan makin gelisah. Sasa masih tetap dikamar tidak berani untuk keluar.

“ini dia anak saya pa..bu.., namanya rahman” ibunya rahman memperkenalkan anaknya.
Sasa makin penasaran, karena semua tamu sudah masuk rumah jadi sasa tak bisa ngintip hanya pembicaraan mereka yang terdengar

Ayah adam berkata, “jadi gimana dengan perjodohan anak kita? Kalo rahman setuju saja asal pilihan orang tuanya baik.”

Sasa semakin gemetar mendengar pembicaraan mereka, lalu ibu rahman bertanya.
“mana calonnya bu, dari tadi saya belum melihat siapa namanya ya salsabila ya, biar mereka ta’aruf didepan kita” ujar ibu rahman

Ayah sasa menyuruh ibu untuk memanggilkan anaknya.  Ibu menuju kamar sasa, dan beberapa saat kemudian sasa datang keruang tamu dengan menggunakan jilbab berwarna merah muda. Cantik sekali. Sasa belum berani mengangkat muka, pandangannya masih menunduk ke lantai.

Ibu rahman : “ini yang namanya salsabila, cantik, sekali kamu nak, solehah lagi. Subhanallah ” sasa menjawab pujian itu dengan senyum yang masih menunduk. Ibu memperkenalkan rahman dengan sasa.
Rahman, ini sasa anak ibu.

Rahman : Assalamu’alaykum ukhti sasa.
Deg. Jantungnya mulai berdegup dengan hebatnya, ia mendengar suara yang udah lama tak didengarnya. Sasa mencoba memalingkan tundukan pandangannya. Rahman ia mengatupkan kedua tangannya didepan dada. Dan tersenyum.

Sasa : “wa’alaykumsalam akh adam, eh,, rahman maksudnya” sasa berpura-pura tidak mengenalnya. Allah inikah jawabannya Engkau disetiap do’a-do’aku. Subhanallah pemuda yang selama ini aku kagumi yang bernama adam ternyata itu adalah rahman. Mata sasa mulai berkaca-kaca perlahan airnya menetes bahagia. Sejenak ia mengusap sambil menundukan agar tak diketahui haru bahagianya.

Rahman : “ukhti, apakah anti bersedia menjadi pendamping hidup ana?”
Tiba-tiba peredaran darah sasa tidak stabil, tangan mulai dingin serasa berada di kutub utara. Perlahan sasa menganggukan kepalanya dan berkata, “Insya Allah ana bersedia menjadi pendamping hidup akh adam eh rahman” lagi lagi sasa salah menyebutkan nama. Rahman tersenyum. orang tua mereka pun tersenyum dan mengucapkan hamdallah.

Rahman : “apa mahar yang harus ana penuhi untuk anti?”
sasa teringat kala sang murobbi memberikan tausiyahnya bahwa mahar itu hendaklah yang mudah dan tidak memberatkan, sasa rasa karena sering mendengar lantunan surat yang dibacakan adam maka sasa memutuskan untuk mahar pernikahan sasa minta seperangkat alat sholat dan hafalan surat Ar-rahman. Adam pun tampak menyanggupinya dengan senang hati.

***
7 desember 2014
pernikahan Rumana Salsabila dengan Adam Ar-Rahman dilaksanakan. Sasa menggunakan kebaya pengantin dengan balutan jilbab yang dilengkapi dengan bunga-bunga yang melingkar diatas jilbabnya. Sasa terlihat sangat cantik dan serasi sekali dengan pakaian adam yang berwarna putih juga. Nuansa islami begitu kental dan sakral. Tak sedikit teman-teman kuliah dan para dosen datang untuk mengucapkan kebahagiaan mereka.

Usai ijab qobul adam membaca hafalan surat Ar-Rahman dengan fasihnya. Air mata sasa berlinang mendengar suara itu, suara yang berniat sasa lupakan karena rahman. Namun kini adam dan rahman adalah orang yang sama bahkan sudah menjadi kekasih halal selamanya. Sungguh maha besar Allah yang mengetahui rahasia dahsyat.

***
Malam pengantin,
Perbincangan antara adam dan sasa membuat senyum dan tawa, merekan saling mengungkapkan rahasia semasa dikampus yang baru saja beberapa bulan ditinggalkannya. Kini kampus kenangan itu menjadi almamater kisah cinta dalam diam mereka. Adam sebenarnya lebih dulu mengenal sasa lewat tulisan-tulisanya yang sering di pajang dimading fakultas dan beberapa cerpen lain termuat di majalah islam kampus di universitasnya. Namun karena ia sangat menjaga pergaulan, ia berniat menyapa sasa tatkala di hadapkan bersama orang tuanya saat proses khitbah. Subhanallah... sasa pun tak menyangka kalau ternyata adam tidak hanya hafal surat Ar-Rahman namun ia hafal 30 juz Al-qur’an.

sasa : “jadi, ade panggil mas adam atau mas rahman?” tanya sasa malu-malu
adam : “tidak keduanya” goda suami sasa
sasa cemberut manja.
adam : “panggil aku, cinta...” bisiknya
sekejap sorot pandang sayang dilemparkan dalam tatapan, membuat hati sasa terasa bagai melayang.

Minggu pertama pernikahan...
Hari-hari dipenuhi bahagia, karena pembentukan karakter antara muslim dan muslimah akan lebih utuh ketika keduanya telah bersama. adam merasakan diminggu pertama usia pernikahan ini ibadahnya rutin makin bertambah dari hari kehari. Sasa, sang istri menjadi pembangun tahajud yang paling disiplin, ia tak hanya membuat satu alarm di hp namun beberapa alarm hanya untuk membangunkan dirinya dan suami agar tidak melebihi sepertiga malam terakhir.


sasa mengambil buku diarynya

Dear Diary...
Aku tak mampu untuk berkata-kata di, hanya sepenggal ayat kugores disini

 “... dan nikmat Tuhan kamu yang mana lagi yang kamu dustakan?”

Ar-Arahman. Aku jatuh cinta. :’)

Ditulis : Jakarta, 23 November 2014
Fb Penulis : R Efi Fitriani




Tidak ada komentar:

Posting Komentar